A. Mengungkapkan Gagasan dan Tanggapan dalam Diskusi
TujuanPembelajaran:
Anda diharapkan mampu mencatat pokok-pokok isi berita, memilah fakta dan pen- dapat, serta menanggapinya.
Anda diharapkan mampu mencatat pokok-pokok isi berita, memilah fakta dan pen- dapat, serta menanggapinya.
1. Mencatat Pembicaraan dan Pokok-pokok Isi Pembicaraan
Anda dapat meminta teman
membacakan teks berita berikut ini. Tutuplah buku ini dan dengarkan dengan
saksama! Sambil mendengarkan, buatlah catatan di buku tugas dengan mengacu pada
format 8.1!
Banjir di Blitar Selatan sudah Surut
Meski masih ada beberapa tempat
yang tergenang air, banjir yang melanda Kecamatan Sutojayan dan Kecamatan
Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mulai surut sejak Sabtu (4/12).
Bahkan, kemarin air sudah surut sama sekali. Warga berharap banjir tidak
terjadi lagi, meskipun kemarin hujan deras masih terus turun.
“Pada kondisi curah hujan 200
milimeter saja sudah bisa dikatakan hujan lebat. Kemarin di Kecamatan Sutojayan
curah hujan mencapai 441 milimeter. Tak urung, ini menyebabkan debit air
melonjak dua kali lipat menjadi 1.800 meter kubik per detik,” ujar Harianto,
Sekretaris Perum Jasa Tirta.
Curah hujan yang sangat tinggi
itu, menurut Harianto, bahkan baru terjadi sekali dalam 25 tahun ini. Warga pun
mengakui banjir tahun ini lebih parah daripada tahun-tahun sebelumnya. Banjir
terdalam sebelumnya hanya satu meter, tetapi tahun ini kedalaman air bah
mencapai 1,5 meter. Curah hujan dan peningkatan debit air yang luar biasa ini,
kata Harianto, juga terjadi di Kediri. Karena debit air mencapai 1.700 meter
kubik per detik, sekitar 20 anak sungai yang ada di Kediri akhirnya tidak bisa
dengan cepat masuk ke aliran Sungai Brantas.
Karena hujan deras mulai Kamis
lalu, lanjut Harianto, selama dua hari Perum Jasa Tirta berupaya mengantisipasi
dengan membuka dan menutup pintu air. “Sejauh ini kami merasa sudah mampu
mengendalikan aliran air dengan baik. Terbukti, sekalipun ada banjir di Blitar,
aliran air masih tetap dapat kami
alirkan tanpa ada kendala dan juga tidak menimbulkan bencana apa-apa di bagian
hilir,” ujarnya.
Sekarang ini, kata Harianto lagi,
aliran Sungai Brantas yang melewati sekitar 15 kota dan kabupaten, rata-rata
sudah dalam kondisi debit air normal. Jika sebelumnya di Kaliporong debit air
mencapai 1.000 meter kubik per detik, sekarang sudah mencapai 400 meter kubik
per detik. Selain faktor tingginya curah hujan, menurut Harianto, pihaknya juga
masih akan menelaah penyebab banjir yang terjadi di Blitar. “Faktor lain dapat
karena daerah resapan sudah banyak ber- kurang. Hal inilah yang perlu kami
telaah lebih lanjut, dengan mem- bahasnya bersama pihak akademisi,” ungkapnya.
(Dikutip seperlunya
dari harian Kompas, 6 Desember 2006)
2. Mengajukan Pertanyaan
Pemberitaan
dalam media massa cetak berisi berbagai fakta dan pendapat yang terjadi di
dalam masyarakat. Sebagaimana ditulis di berbagai media cetak lokal, regional,
maupun nasional memberikan gambaran berbagai kejadian, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Fakta adalah keadaan, kejadian, atau peristiwa yang
benar dan bisa dibuktikan, termasuk di dalamnya ucapan pendapat atau penilaian
orang atas sesuatu. Dalam kode etik jurnalistik, Pasal 3 Ayat (3) dijelaskan
antara lain, “… di dalam menyusun suatu berita, wartawan Indonesia harus
membedakan antara kejadian (fact) dan pendapat (opini) sehingga tidak
mencampuradukkan yang satu dengan yang lain untuk mencegah penyiaran
berita-berita yang diputarbalikkan atau dibubuhi secara tidak wajar.
Pendapat sering dikenal dengan public opinion
atau pendapat umum dan general opinion atau anggapan umum. Pendapat merupakan persatuan (sintesis) pendapat-pendapat yang banyak;
sedikit banyak harus didukung orang banyak, baik setuju maupun tidak setuju;
ikatannya dalam bentuk perasaan/emosi;
dapat berubah; timbul melalui diskusi sosial (Junaedhi, Kurniawan. 1991.
Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia)
3. Mengemukakan Persetujuan dan Penolakan
Berdasarkan
catatan tentang pokok-pokok isi berita “Banjir di Blitar Selatan Sudah Surut”
sekaligus pemilahan fakta dan pendapat atas berita tersebut, Anda dapat
menanggapinya. Tulislah tanggapan Anda di buku tugas, lalu sampaikan secara
bergiliran di depan kelas!
B. Menulis Cerpen dan Puisi Tujuan Pembelajaran
TujuanPembelajaran:
Anda diharapkan mampu menulis cerpen dengan mengembangkan penokohan, konflik, latar, alur, dan sudut pandang, serta menulis puisi pemilihan tema, diksi, rima, dan gaya bahasa.
Anda diharapkan mampu menulis cerpen dengan mengembangkan penokohan, konflik, latar, alur, dan sudut pandang, serta menulis puisi pemilihan tema, diksi, rima, dan gaya bahasa.
Jenis-jenis
karya sastra di antaranya adalah cerpen dan puisi. Menulis merupakan
keterampilan yang dapat dilatih dan dipelajari oleh setiap orang, termasuk para
pelajar di sekolah. Untuk menulis cerpen dan puisi perlu dipahami hal-hal
berikut ini.
1. Menulis Cerpen dengan Mengungkapkan Penokohan, Konflik, Latar, Alur, dan Sudut Pandang
Menulis cerpen
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Seorang penulis cerpen memiliki
proses kreatif yang berbeda-beda. Namun demikian, secara umum langkah-langkah
menulis cerpen dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Motivasi.
b. Tema/topik
yang akan ditulis.
c.
Pembaca/sasaran.
d. Mulai
menulis.
e. Dibaca dan
direvisi/perbaikan.
f. Menulis kembali hasil revisi.
g. Dibaca sekali lagi.
h. Direvisi lagi
kalau ada perbaikan.
i. Dikirim ke
media cetak atau majalah.
Dalam penulisan
cerpen perlu diperhatikan unsur intrinsik dalam karya sastra, yaitu tema,
penokohan/perwatakan, konflik, seting/latar, sudut pandang pengarang, alur, dan
pesan/amanat. Dengan memperhatikan unsur-unsur intrinsik tersebut, diharapkan
para cerpenis dapat menuangkan ide dan gagasannya secara luas. Tidak menutup kemungkinan juga diikutkannya
unsur ekstrinsik dalam penulisan cerpen tersebut, yaitu pengarang, faktor-faktor
sosial dan budaya, agama, pihak lain (pemerintah/lembaga lain), dan lain-lain.
Berikut ini contoh cerpen dengan pengembangan penokohan, konflik, latar, alur,
dan sudut pandang.
Maafin Nisa, Bi …
Oleh: Reny Nurliana
“Nisa, ada apa
ini? Malam-malam gini kok ribut. Kamu mau ngebangunin anjing tetangga?” sapa
Mama yang baru pulang dari kerja di ambang pintu. “Nisa lagi nggak mau diajak
bercanda, Ma,” jawab Nisa yang lagi jengkel sekenanya, sambil terus
membuka-buka lemari pakaiannya dari satu pintu ke pintu lainnya.
“Kenapa, Sayang?” tanya Mama lembut. “Ini, Ma.
Bi Yem ngilangin baju seragam olahraga
Nisa.” “Sudah dicari?” “Mammaaa... dari sore baju itu udah dicari tapi nggak
ketemu juga.” “Kok bisa gitu sih, Bi?” pandangan Mama beralih ke Bi Yem yang berada
di sampingnya. “Bibi juga nggak ngerti, Bu. Biasanya selesai disetrika langsung
Bibi taruh di lemari, tapi kok kali ini aneh, sudah dicari ke mana-mana belum
ketemu juga,” adunya dengan penuh sesal dan pasrah. Payahnya, sistem jaringan
di otak kepalanya yang sudah berusia lebih dari kepala enam itu, tak mampu lagi
untuk diajak berpikir dengan baik hingga membuatnya kehilangan akal, tak tahu
lagi mesti mencari ke mana.
Pun semua orang
di keluarga itu tahu betul, Nisa yang pandai olahraga takkan pernah rela
kehilangan jam olahraga yang hanya sekali dalam seminggu. “Alaaahhh... Bi Yem
nggak usah ngelak deh, bilang aja kalau itu kaus belum dicuci, apa susahnya sih
nyuci satu kaus saja? Dasar pembantu nggak becus!” maki Nisa dengan nada
tinggi. “Nisa, jaga bicaramu!” bentak Mama. “Saya memang lalai, maafkan saya,
Non,” dengan tertunduk Bi Yem pergi dari kamar Nisa. “Tuh... kan, Ma! Kenapa
sih pembantu macam dia masih dipertahankan? Udah tua, kerjanya lamban, suka
pikun lagi. Dan sekarang, baju Nisa yang diilangin. Kenapa nggak dipecat saja
sih, Ma?”
“Nisa..., kamu nggak boleh bicara seperti itu!
Bisa tidak kamu menghormati orang yang lebih tua? Mama mengeluarkan nada bicara
normal seperti biasa, cuma kali ini diberi sentuhan tekanan di dalamnya. “Bi
Yem di sini bukan hanya sebagai pembantu, melainkan Bi Yem juga berperan
penting dan sudah menjadi bagian dalam keluarga kita. Bi Yem sudah mengabdikan
dirinya sejak kakekmu muda dulu. Bi Yem juga yang turut mengasuhmu sejak kamu
bayi, Nisa. Bi Yem memang sudah tua, tapi dia selalu teliti dan hati-hati dalam
mengerjakan setiap pekerjaannya. Dibanding kita, Bi Yem lah yang jauh lebih
mengerti seluk beluk dan sejarah setiap benda di rumah ini. Lagi pula, bukankah
sebelum kejadian ini, belum pernah kan terjadi kesalahan yang berasal dari
keteledoran Bi Yem?” “Sekarang coba kamu ingat baik-baik, Nisa!” Di mana
terakhir kamu menaruh baju itu?” Suasana hening sejenak dan tiba-tiba....
“Ya... ampun!” teriak Nisa terperanjat sambil melompat dan berlari mengambil
senter di atas meja belajarnya. Dan kemudian membiarkan sinarnya menyebar rata
di kolong ranjang birunya. Benar dugaanku, kaus itu ada di sana. Rupanya emosi
telah menghalangi Nisa untuk berpikir jernih. Tepat seminggu lalu karena
terburu-buru hendak masuk les, Nisa keluarkan seluruh isi tasnya dengan
sembarangan, termasuk kaus olahraga yang sempat dia lihat terjatuh dari tempat
tidur. Pikirnya, tanggung mending diberesin saat pulang les. Tapi, malah
kelupaan sampai sekarang. Segera diambilnya kaus itu. Mama menggeleng pelan
melihat kecerobohan putrinya. Kaus itu tampak begitu lusuh dan kumal yang
menurut teori kesopanan sudah tak layak pakai. Bagaimana tidak? Selain debu
yang menempel tebal, terdapat banyak sekali lubang gigitan tikus. Melihat itu,
ingin sekali Nisa menangis, tapi ia tahan karena merasa tak pantas. Dia sadar
itu adalah salahnya sendiri. “Ma, maaf! Nisa lah yang salah.” “Bukan pada Mama,
tapi Bi Yem, Nisa. Dia sudah menerima makian dan tuduhan yang nggak benar
darimu.” “Kamu harus memetik hikmah dari kejadian ini. Kamu memiliki barang
baik yang kamu sukai pun tidak punya tanggung jawab untuk merawatnya baik-baik.
Ya sudah, besok pagi kamu pergi ke koperasi sekolah, beli yang baru. Sekarang
temui Bi Yem. Nisa mengangguk mantap dan keluar dari kamarnya.
(Dikutip dari harian Solopos, 1 Agustus 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar