PERERAT UKHUWAH, HINDARI FITNAH, TETAP ISTIQOMAH !! Gambar berjalan ke kanan

Kamis, 15 November 2012

Bab X


A.   Mengungkapkan Gagasan dan Tanggapan dalam Diskusi
TujuanPembelajaran:
Anda diharapkan mampu mencatat pokok-pokok isi berita, memilah fakta dan pen- dapat, serta menanggapinya.
1. Mencatat Pembicaraan dan Pokok-pokok Isi Pembicaraan
Anda dapat meminta teman membacakan teks berita berikut ini. Tutuplah buku ini dan dengarkan dengan saksama! Sambil mendengarkan, buatlah catatan di buku tugas dengan mengacu pada format 8.1!



Banjir di Blitar Selatan sudah Surut
Meski masih ada beberapa tempat yang tergenang air, banjir yang melanda Kecamatan Sutojayan dan Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mulai surut sejak Sabtu (4/12). Bahkan, kemarin air sudah surut sama sekali. Warga berharap banjir tidak terjadi lagi, meskipun kemarin hujan deras masih terus turun.
“Pada kondisi curah hujan 200 milimeter saja sudah bisa dikatakan hujan lebat. Kemarin di Kecamatan Sutojayan curah hujan mencapai 441 milimeter. Tak urung, ini menyebabkan debit air melonjak dua kali lipat menjadi 1.800 meter kubik per detik,” ujar Harianto, Sekretaris Perum Jasa Tirta.
Curah hujan yang sangat tinggi itu, menurut Harianto, bahkan baru terjadi sekali dalam 25 tahun ini. Warga pun mengakui banjir tahun ini lebih parah daripada tahun-tahun sebelumnya. Banjir terdalam sebelumnya hanya satu meter, tetapi tahun ini kedalaman air bah mencapai 1,5 meter. Curah hujan dan peningkatan debit air yang luar biasa ini, kata Harianto, juga terjadi di Kediri. Karena debit air mencapai 1.700 meter kubik per detik, sekitar 20 anak sungai yang ada di Kediri akhirnya tidak bisa dengan cepat masuk ke aliran Sungai Brantas.
Karena hujan deras mulai Kamis lalu, lanjut Harianto, selama dua hari Perum Jasa Tirta berupaya mengantisipasi dengan membuka dan menutup pintu air. “Sejauh ini kami merasa sudah mampu mengendalikan aliran air dengan baik. Terbukti, sekalipun ada banjir di Blitar, aliran  air masih tetap dapat kami alirkan tanpa ada kendala dan juga tidak menimbulkan bencana apa-apa di bagian hilir,” ujarnya.
Sekarang ini, kata Harianto lagi, aliran Sungai Brantas yang melewati sekitar 15 kota dan kabupaten, rata-rata sudah dalam kondisi debit air normal. Jika sebelumnya di Kaliporong debit air mencapai 1.000 meter kubik per detik, sekarang sudah mencapai 400 meter kubik per detik. Selain faktor tingginya curah hujan, menurut Harianto, pihaknya juga masih akan menelaah penyebab banjir yang terjadi di Blitar. “Faktor lain dapat karena daerah resapan sudah banyak ber- kurang. Hal inilah yang perlu kami telaah lebih lanjut, dengan mem- bahasnya bersama pihak akademisi,” ungkapnya.
(Dikutip seperlunya dari harian Kompas, 6 Desember 2006)
2. Mengajukan Pertanyaan
Pemberitaan dalam media massa cetak berisi berbagai fakta dan pendapat yang terjadi di dalam masyarakat. Sebagaimana ditulis di berbagai media cetak lokal, regional, maupun nasional memberikan gambaran berbagai kejadian, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Fakta adalah keadaan, kejadian, atau peristiwa yang benar dan bisa dibuktikan, termasuk di dalamnya ucapan pendapat atau penilaian orang atas sesuatu. Dalam kode etik jurnalistik, Pasal 3 Ayat (3) dijelaskan antara lain, “… di dalam menyusun suatu berita, wartawan Indonesia harus membedakan antara kejadian (fact) dan pendapat (opini) sehingga tidak mencampuradukkan yang satu dengan yang lain untuk mencegah penyiaran berita-berita yang diputarbalikkan atau dibubuhi secara tidak wajar.
 Pendapat sering dikenal dengan public opinion atau pendapat umum dan general opinion atau anggapan umum. Pendapat merupakan persatuan (sintesis) pendapat-pendapat yang banyak; sedikit banyak harus didukung orang banyak, baik setuju maupun tidak setuju; ikatannya dalam bentuk perasaan/emosi; dapat berubah; timbul melalui diskusi sosial (Junaedhi, Kurniawan. 1991. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia)
3. Mengemukakan Persetujuan dan Penolakan
Berdasarkan catatan tentang pokok-pokok isi berita “Banjir di Blitar Selatan Sudah Surut” sekaligus pemilahan fakta dan pendapat atas berita tersebut, Anda dapat menanggapinya. Tulislah tanggapan Anda di buku tugas, lalu sampaikan secara bergiliran di depan kelas!
B.   Menulis Cerpen dan Puisi Tujuan Pembelajaran
TujuanPembelajaran:
Anda diharapkan mampu menulis cerpen dengan mengembangkan penokohan, konflik, latar, alur, dan sudut pandang, serta menulis puisi pemilihan tema, diksi, rima, dan gaya bahasa.
Jenis-jenis karya sastra di antaranya adalah cerpen dan puisi. Menulis merupakan keterampilan yang dapat dilatih dan dipelajari oleh setiap orang, termasuk para pelajar di sekolah. Untuk menulis cerpen dan puisi perlu dipahami hal-hal berikut ini.
1. Menulis Cerpen dengan Mengungkapkan Penokohan, Konflik, Latar,  Alur, dan Sudut Pandang
Menulis cerpen tidak semudah membalikkan telapak tangan. Seorang penulis cerpen memiliki proses kreatif yang berbeda-beda. Namun demikian, secara umum langkah-langkah menulis cerpen dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Motivasi.
b. Tema/topik yang akan ditulis.
c. Pembaca/sasaran.
d. Mulai menulis.
e. Dibaca dan direvisi/perbaikan.
 f. Menulis kembali hasil revisi.
 g. Dibaca sekali lagi.
h. Direvisi lagi kalau ada perbaikan.
i. Dikirim ke media cetak atau majalah.
Dalam penulisan cerpen perlu diperhatikan unsur intrinsik dalam karya sastra, yaitu tema, penokohan/perwatakan, konflik, seting/latar, sudut pandang pengarang, alur, dan pesan/amanat. Dengan memperhatikan unsur-unsur intrinsik tersebut, diharapkan para cerpenis dapat menuangkan ide dan gagasannya secara luas.  Tidak menutup kemungkinan juga diikutkannya unsur ekstrinsik dalam penulisan cerpen tersebut, yaitu pengarang, faktor-faktor sosial dan budaya, agama, pihak lain (pemerintah/lembaga lain), dan lain-lain. Berikut ini contoh cerpen dengan pengembangan penokohan, konflik, latar, alur, dan sudut pandang.
Maafin Nisa, Bi …
Oleh: Reny Nurliana

“Nisa, ada apa ini? Malam-malam gini kok ribut. Kamu mau ngebangunin anjing tetangga?” sapa Mama yang baru pulang dari kerja di ambang pintu. “Nisa lagi nggak mau diajak bercanda, Ma,” jawab Nisa yang lagi jengkel sekenanya, sambil terus membuka-buka lemari pakaiannya dari satu pintu ke pintu lainnya.
 “Kenapa, Sayang?” tanya Mama lembut. “Ini, Ma. Bi Yem  ngilangin baju seragam olahraga Nisa.” “Sudah dicari?” “Mammaaa... dari sore baju itu udah dicari tapi nggak ketemu juga.” “Kok bisa gitu sih, Bi?” pandangan Mama beralih ke Bi Yem yang berada di sampingnya. “Bibi juga nggak ngerti, Bu. Biasanya selesai disetrika langsung Bibi taruh di lemari, tapi kok kali ini aneh, sudah dicari ke mana-mana belum ketemu juga,” adunya dengan penuh sesal dan pasrah. Payahnya, sistem jaringan di otak kepalanya yang sudah berusia lebih dari kepala enam itu, tak mampu lagi untuk diajak berpikir dengan baik hingga membuatnya kehilangan akal, tak tahu lagi mesti mencari ke mana.
Pun semua orang di keluarga itu tahu betul, Nisa yang pandai olahraga takkan pernah rela kehilangan jam olahraga yang hanya sekali dalam seminggu. “Alaaahhh... Bi Yem nggak usah ngelak deh, bilang aja kalau itu kaus belum dicuci, apa susahnya sih nyuci satu kaus saja? Dasar pembantu nggak becus!” maki Nisa dengan nada tinggi. “Nisa, jaga bicaramu!” bentak Mama. “Saya memang lalai, maafkan saya, Non,” dengan tertunduk Bi Yem pergi dari kamar Nisa. “Tuh... kan, Ma! Kenapa sih pembantu macam dia masih dipertahankan? Udah tua, kerjanya lamban, suka pikun lagi. Dan sekarang, baju Nisa yang diilangin. Kenapa nggak dipecat saja sih, Ma?”
 “Nisa..., kamu nggak boleh bicara seperti itu! Bisa tidak kamu menghormati orang yang lebih tua? Mama mengeluarkan nada bicara normal seperti biasa, cuma kali ini diberi sentuhan tekanan di dalamnya. “Bi Yem di sini bukan hanya sebagai pembantu, melainkan Bi Yem juga berperan penting dan sudah menjadi bagian dalam keluarga kita. Bi Yem sudah mengabdikan dirinya sejak kakekmu muda dulu. Bi Yem juga yang turut mengasuhmu sejak kamu bayi, Nisa. Bi Yem memang sudah tua, tapi dia selalu teliti dan hati-hati dalam mengerjakan setiap pekerjaannya. Dibanding kita, Bi Yem lah yang jauh lebih mengerti seluk beluk dan sejarah setiap benda di rumah ini. Lagi pula, bukankah sebelum kejadian ini, belum pernah kan terjadi kesalahan yang berasal dari keteledoran Bi Yem?” “Sekarang coba kamu ingat baik-baik, Nisa!” Di mana terakhir kamu menaruh baju itu?” Suasana hening sejenak dan tiba-tiba.... “Ya... ampun!” teriak Nisa terperanjat sambil melompat dan berlari mengambil senter di atas meja belajarnya. Dan kemudian membiarkan sinarnya menyebar rata di kolong ranjang birunya. Benar dugaanku, kaus itu ada di sana. Rupanya emosi telah menghalangi Nisa untuk berpikir jernih. Tepat seminggu lalu karena terburu-buru hendak masuk les, Nisa keluarkan seluruh isi tasnya dengan sembarangan, termasuk kaus olahraga yang sempat dia lihat terjatuh dari tempat tidur. Pikirnya, tanggung mending diberesin saat pulang les. Tapi, malah kelupaan sampai sekarang. Segera diambilnya kaus itu. Mama menggeleng pelan melihat kecerobohan putrinya. Kaus itu tampak begitu lusuh dan kumal yang menurut teori kesopanan sudah tak layak pakai. Bagaimana tidak? Selain debu yang menempel tebal, terdapat banyak sekali lubang gigitan tikus. Melihat itu, ingin sekali Nisa menangis, tapi ia tahan karena merasa tak pantas. Dia sadar itu adalah salahnya sendiri. “Ma, maaf! Nisa lah yang salah.” “Bukan pada Mama, tapi Bi Yem, Nisa. Dia sudah menerima makian dan tuduhan yang nggak benar darimu.” “Kamu harus memetik hikmah dari kejadian ini. Kamu memiliki barang baik yang kamu sukai pun tidak punya tanggung jawab untuk merawatnya baik-baik. Ya sudah, besok pagi kamu pergi ke koperasi sekolah, beli yang baru. Sekarang temui Bi Yem. Nisa mengangguk mantap dan keluar dari kamarnya.
 (Dikutip dari harian Solopos, 1 Agustus 2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar